kromatografi

LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
TEKNIK KIMIA

No/ Judul Percobaan : 3 / Kromatografi
Tanggal Percobaan : 9 November 2010

NAMA : Ahmed Khomeini I
NIM : 1009055048
KELOMPOK : 5 (Lima) B
ASISTEN : Nico

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIK DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2010

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul Tewett (1903), Serang ahli Botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani yaitu (Choromos = penulisan) dan (Graver = Warna). Kromatografi berarti tulisan dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi. Namun istilah kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi. Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna seperti gas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan dikatakan secara selektif oleh fase diam.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan pemukiman yang didasarkan atas perbedaan distribusi dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatografi yang penerapannya sangat banyak di temukan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
– Untuk mengetahui sifat sampel ketika/saat diuji dengan pelarut.
– Mengamati sampel yang saat diuji dengan alkohol.
– Mengamati sampel yang diuji dengan air.
– Mengamati sampel yang diuji dengan N-Heksana

BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan dalam kromatografi. Fase gerak dapat berupa gas atau cair. Dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Maka berdasarkan fase bergerak, fase diam terdapat empat macam sistem kromatografi. Yaitu, kromatografi gas cair, kromatografi gas padat, kromatografi cair – padat, dan kromatografi cair-cair.
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partikel Chromotography) dan kromatografi serapan (Adsorbtion Chromotography). Sedangkan menurut teknis kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolam, kromatografi lapis – tipis (KLT), dan kromatografi kertas juga kromatografi gas. Selain itu ada juga yang digabung, misalnya partisi kromatografi partisi gas – cair, kromatografi cair – cair, kromatografi cair – padat, dan lain-lain. Juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi altrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam kromatografi hubungan suatu molekul komponen sampel yang tertahan (terabsorpsi) atau terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dapat dilakukan dengan berbagai istilah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam kromatografi dinyatakan sebagai berikut :
a. Kesetimbangan Distribusi.
Kesetimbangan yang terjadi pada kromatografi bersifat dinamis. Molekul sampel atau zat terlarut berada bolak-balik di antaranya fase diam dan fase bergerak sehingga konsumsi rata-ratanya mengikuti hukum distribusi.

Keterangan :
Kd = Koefesiensi Distribusi atau partisi
Cs = Konsentrasi zat terlarut dalam persediaan
Cm = Konsentrasi zat dalam fase bergerak
Persamaan di atas memperlihatkan bahwa jika harga koefesiensi distribusi (Kd) besar berarti jumlah molekul yang berada dalam fase diam lebih banyak dalam fase bergerak dan akan tinggal lebih lama dalam fase diam.
b. Faktor Retardasi
Faktor Retardasi (Rf), merupakan parameter kromatografi kromotogon kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatografi dan pada kondisi tetap merupakan peranan karakteristik dan produksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut. (Fase bergerak).

Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang zat terlarut.
c. Fraksi Waktu
Fraksi waktu (R) tunggal dalam molekul dalam fase bergerak dinyatakan sebagai perbandingan molekul dalam fase bergerak terhadap jumlah metal molekul.

=
K disebut faktor Kapasitas atau Kapasitas kolom yang menyatakan perbandingan jumlah molekul dalam fase diam dan fase bergerak.
d. Kecepatan
Bila fraksi waktu (R) dikalikan dengan kecepatan alir fase bergerak , maka kecepatan alir molekul, diberikan :
Kecepatan : ( )
Persamaan ini menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan kecepatan bergerak di antara komponen-komponen dalam campuran disebabkan oleh perbedaan koefesiensi distribusinya. Jika perbedaan Kd besar. Masing-masing komponen akan terpisah secara sempurna.
e. Waktu Potensi.
Pada kromatografi gas dan semua percobaan kromatografi kalor hasil pemisah diberikan dalam harga waktu. Waktu retensi (Rf) adalah waktu yang dikatakan oleh molekul komponen untuk melintasi suatu kolom yang panjangnya L.
Tr = = = (1+k) = tm (1+k)
f. Volume Retensi
Volume retensi merupakan besaran pokok yang diukur dalam kromatografi gas. Volume retensi adalah volume gas pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita komponen pada keseluruhan panjang, suatu kolom.
Jika kecepatan fase bergerak (fc) diukur dalam suatu per satuan luas (fc = Vm/tm) adalah tetap, maka volume retensi (Vr) diberikan :
Vr = tp.fc
= tm.(1+k) ( ) = Vm (1+k)
Atau Vr = Vm + Kd.Vs
g. Retensi Relatif
Pengukuran tr dan Vr dipengaruhi oleh bentuk kolom dan pengoperasiannya, sehingga tidak karakteristik untuk suatu komponen. Agar pengaruh tersebut dapat dilakukan perbandingan waktu retensi komponen dengan senyawa yang sudah diketahui dengan senyawa yang telah diakui. Pada kondisi pengaturan yang sama.
Retensi Relatif (a) = = =
Tm adalah yaitu retensi fase bergerak atau komponen yang insert seperti udara yang tidak ditahan sewaktu melintasi kolom. Tanda (*) berarti untuk senyawa pembanding (Standar) (Khopkar, 2003)

Pada kromatografi kolom ialah kromatografi komponen di dalam satu kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu keran di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair. Ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipisahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8 : 1. Sedangkan jumlah penyerapnya adalah 25-23 kali berat bahan yang dipisahkan. Untuk menahan penyerap (Adsorbsi) di dalam kolom dapat digunakan gelas 1000l atau kapas adsorbsinya digunakan adsorbsen anorganik seperti alumunium, bauksit, magnesium, Sulfat, silikon gel, dan tanah diatome. Sedangkan adsorbsen anorganik seperti arang gula, karbon paling sering digunakan oleh ilmuwan.
Pemisahan kolom adsorbsi didasarkan pada adsorbsi komponen campuran asimilasi berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Pada kromatografi adsorbsi, besarnya koefesiensi distribusi sama dengan konsentrasi zat terlarut pada fase konsentrasi pada fase larutan. Ketergantungan jumlah zat terlarut yang teradsorbsi terhadap konsentrasi zat terlarut dalam larutan dengan isoterm adsorbsi langsung.
A =
A = Isoterm adsorbsi dalam g/cm2 atau dalam g (atau mol) g adsorbsi
C = Konsentrasi larutan
K1 dan K2 merupakan suatu terapan yang pada suhu tertentu tergantung pada sifat jenis adsorb dan sifat zat-zat yang diadsorbsi (Marra, 2004).
Teknik pemisahan kromatografi kolom ialah sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut. Dituangkan melalui sebelah atas kolam dan dibiarkan mengalir ke dalam Adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorbsi dan larutan sesuatu atau secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut (eksen) secara terus menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu dan kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan.
Pembentukan zona pada kromatografi kolom, haruslah sedemikian rupa sehingga bagian suatu zat dari zat yang sama meninggalkan fase diam pada berbagai waktu yang berbeda. Waktu ini mengikuti statistik sesuai dengan hukum Gouss. Pertama-tama abaikan cuplikan yang akan dipisahkan tergantung konsentrasinya dan afinitasnya akan diabsorpsikan secara bolak-balik (Reversibel) dalam lapisan adsorbsi bagian atas. Dengan penambahan fase yang bergerak ke bagian yang kurang kuat terikat seluruhnya atau bertahap akan larut kembali dari permukaan adsorbsi. Akan terjadi kesetimbangan antara bagian zat yang diadsorbsi dan bagian yang terlarut.
Hasil pemisahan di antaranya dipengaruhi oleh pemilihan terhadap bahwa fase yang digunakan. Fase diam (adsorbsi) harus berukuran partikel seragam, bersifat inert terhadap zat uji dan cukup aktif. Sehingga memungkinkan perambatan zat uji. Adanya zat pengukur dapat menyebabkan adsorbsi tidak reversibel atau talling pada senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan yang lebih baik akan diperoleh dengan mengolah terlebih dahulu adorben dengan suatu senyawa yang dapat teradsorbsi kuat sebagai dasar digunakan adorben yang polaritasnya dengan zat uji.
Teknik pemisahan kromatografi kolam partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorbsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapannya berupa muatan padat berpori seperti hieselguler. Selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi dengan zat cair (Biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya (Sastrohomidjojo, 1985)
Fase diam zat cair umumnya adsorbsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang digunakan sebagai penyokong harus menyerap dan menahan fase diam, serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair atau zat gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair.
Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa baik organik, maupun anorganik. Kromatografi partisi terutama dilakukan pada kromatografi kertas. Pada kromatografi partisi pemisahan tergantung pada kelarutan komponen yang lebih larut dan fase diam akan bergerak lebih lambat dalam kolom daripada yang kurang kelarutannya. Selama bergerak komponen-komponen dari campuran mengalami partisi akibat adanya perpindahan komponen di antara kedua fase.
Dalam kromatografi partisi cair-cair derajat partisi suatu senyawa tertentu di antara kedua fase dinyatakan sebagai koefesiensi partisi atau distribusi (Kd). Bila suatu zat terlarut dikocok dalam sistem dua pelarut yang saling tidak bercampur, waktu zat terlarut akan terdistribusi di antara kedua fase dan jika kesetimbangan tercapai maka koefesiensi partisinya.
Kd =
Teori dasar kromatografi partisi mirip dengan teori destilasi bertingkat yang menghubungkan laju pergerakan suatu wilayah (Zona) dengan koefesiensi partisi diberikan persamaan.
Rf =
Dengan Am dan As masing-masing adalah luas wilayah fase bergerak dan luas wilayah fase diam. Rf adalah perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut terhadap jarak yang ditempuh pelarut (Yaxid, 2005)
Beberapa alat-alat analis dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk analis secara on line. (On line Analisys) seperti : Penggabungan kromatografi gas (Gas Chomotrogaphy) dan kromatografi cair (Liquid Chomotography) dengan mass spectometry (Gc-ms dan Lc-Ms) founer-transform infrared spectroscopy (Gc-FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).

1. Kromatografi Cair (Liquid Chomotrogaphy)
Kromatografi Cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase Stasioner, maka molekul-molekul di dalamnya berinteraksi dengan fase Stasioner. Namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (Adsorption), pertukaran ion (Ion Exchange), partisi (Parthioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.
1. Terdapat beberapa jenis kromatografi Cair, yaitu : Reverse Phase Chromotography, High Performace Liquid Chromotography (HPLC), Sizp Exdulin Chromotography, serta Superentical Fluida Chromotography.
2. Reverse Phase Chromotography
Reverse Phase Chromotography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara Kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini digunakan untuk proses ekstrasi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (Non Volalite).
3. High Performace Liquid Chromotography (HPLC)
High Performace Liquid Chromotography (HPLC), mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase . Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter lebih kuat. Namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibium dalam jumlah besar sehingga dapat disimpulkan HPLC sangat tergantung pada tekanan dan kecepatan.
Partisi Zat Terlarut berlangsung dipelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorbsen (Fasa Stasioner). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorbsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefesiensi partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa logam.
4. Kromatografi Kertas.
Mekanisme pemisahan dengan Kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada Kromatografi kolom adsorben dalam Kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditutulkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut() dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat, atau campuran zat0zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amilase dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (Tidak mungkin di distilasi), pemisahan asam amino adalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan abad 20. Jadi, penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi para ilmuwan.

5. Kromatografi Gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa Stasioner dapat berupa padatan (Kromatografi Gas-Padat) atau cairan (Kromatografi Gas-Cair).
Umumnya untuk Kromatografi gas-padat. Sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumunium teraktivasi, silika gel atau saringan molekuler diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Sedangkan untuk Kromatografi gas – cair ester seperti, ktalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumunium teraktivasi, silika gel atau saringan molekuler, digunakan fasa diam dan diisikan ke dalam kolom, Metode ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester – analisis minyak mentah dan minyak astirid dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini. Easiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih.
­ Size Exclusion Chromotography
Size Exclusion Chromotography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration Chromotography, biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.

2. Kromatografi Pertukaran Ion-Ion P(Ion Exchange Chromotography)
Kromatografi Pertukaran Ion-Ion P(Ion Exchange Chromotography) biasanya digunakan untuk penurunan materi biologis, seperti asam amino, peptida, dan protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar) terdapat dua tipe penukaran ion. Yaitu penukaran kation (Cation Exchange) dan pertukaran Anion (Anion Exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif. Sedangkan pada fase Anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan menggunakan metode ini sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi. Maka metode menjalankan metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.

3. Kromatografi Partisi
Prinsip Kromatografi Partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multi komponen yang telah dibahas di bagian sebelumnya. Dalam Kromatografi partisi. Ekstraksi terjadi berulang-ulang dalam satu proses. Dalam percobaan zat terlarut didistribusikan antara fase stasioner dan fasa mobil. Fase stasioner dalam banyak kasus pelarut. Stasioner dan fasa mobil. Fase stasioner dalam banyak kasus pelarut diabsorpsikan pada adsorbasen dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antara partikel yang teradsorbsi.
Contoh khas Kromatografi adalah Kromatografi kolom, yang digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
­ Beker Gelas
­ Penggaris
­ Kertas Saring
­ Oven

3.1.2 Bahan
­ Tinta Hijau
­ Tinta Merah
­ Tinta Biru
­ Ekstrak Pandan
­ Ekstrak Kunyit
­ Aquades
­ Etanol
­ N-Heksana
­ Kertas Saring
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Dalam Aquades
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan)
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dan bawah 1 cm.
­ Diberi Noda (titik) kertas pertama tinta hijau, biru, merah dan kertas kedua ekstrak pandan dan kunyit.
­ Di masukan ke dua kertas tersebut ke dalam gelas Kimia yang telah diisi aquades yang7 tingginya sekitar 10.5 cm.
­ Dibiarkan cair merembes naik hingga 1 cm, di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen pada yang dipisahkan.
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.
3.2.2 N-Heksana
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan).
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dari bagian bawah 1 cm
­ Diberi noda (titik) kertas yang pertama tinta biru, hijau, dan merah dan kertas yang kedua ekstrak pandan dan ekstrak kunyit.
­ Dimasukkan kedua kertas tersebut ke dalam gelas Kimia yang telah diisi N-Heksana yang tingginya sekitar 0.5 cm.
­ Dibiarkan air merembes naik hingga 1 cm di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang7 dipisahkan .
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.
3.2.3 Alkohol (etanol)
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan).
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dan bagian bawah 1 cm.
­ Diberi noda (titik) kertas yang pertama tinta biru, hijau, dan merah dan kertas yang kedua ekstrak pandan dan kunyit.
­ Dimasukkan kedua kertas tersebut ke dalam gelas kimia yang telah diisi etanol yang tingginya sekitar 0.5 cm.
­ Dibiarkan air merembes naik hingga 1 cm di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan.
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No Pelarut Noda Jarak Noda Jarak Pelarut Rf
1 Alkohol Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 6 cm
6 cm
5,7 cm
6,6 cm
6,6 cm 6,9 cm
6,9 cm
6,75 cm
6,75 cm
6,75 cm 0,87 cm
0,87 cm
0,84 cm
0,98 cm
0,98 cm
2 N-Heksana Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 0 cm
1,5 cm
0 cm
0 cm
0 cm 6,8 cm
6,8 cm
6,6 cm
6,6 cm
6,6 cm 0 cm
0,22 cm
0 cm
0 cm
0 cm
3 Air Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 0 cm
0,5 cm
0 cm
9 cm
8,8 cm 6,8 cm
6,8 cm
9,2 cm
9,2 cm
9,2 cm 0 cm
0,074 cm
0 cm
0,98 cm
0,96 cm

4.2 Perhitungan
4.2.1 Ekstrak Pandan
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,87 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0 cm
4.2.2 Ekstrak Kunyit
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,87 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0,22 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,074 cm
4.2.3 Tinta Merah
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,84 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0 cm
4.2.4 Tinta Biru
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,98 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,98 cm
4.2.5 Tinta Hijau
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,98 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,96 cm

4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Teknik Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consisten, Gordon dan Martin (19440, yang menggunakan kertas saring sebagi. Penunjang fase diam, kertas merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula atau pigmen-pigmen alam.
Fase diam di dalam suatu percobaan terutama pada percobaan tentang Kromatografi ialah sampel yang digunakan ini berperan sebagai fase diam yang menyerap pelarut sehingga titik atau noda dapat bergerak ke atas tergantung sifat noda yang terdapat di dalamnya.
Pada Kromatografi gas dan semua percobaan Kromatografi kolom hasil pemisahnya diberikan dalam harga waktu. Waktu retensi (Tr) adalah waktu yang dibutuhkan oleh molekul komponen untuk melintasi suatu kolom yang panjangnya L. Tm adalah waktu yang dibutuhkan oleh fase bergerak untuk melintasi kolom. Volume retensi merupakan besaran pokok yang diukur dalam Kromatografi gas. Volume retensi adalah volume gas pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita komponen pada keseluruhan panjang suatu kolom.
Pengukuran tR dan vR dipengaruhi oleh bentuk kolom dan pengoperasiannya, sehingga tidak karakteristik untuk suatu komponen. Agar pengaruh tersebut dapat dieleminis. Dapat dilakukan pembandingan waktu retensi komponen dengan senyawa yang sudah diketahui pada kondisi pengukuran yang sama tm adalah waktu retensi fase gerak atau komponen yang inert seperti udara yang tiodak ditahan sewaktu melintasi kolom.
Dalam teknik Kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan di dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam, dan fase bergerak. Semua pemisahan pada Kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen di antara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lama oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Oleh karena itu dalam Kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam itu dalam Kromatografi. Pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan. Secara umum dikatakan bahwa Kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam.
Saat campuran asam amino manaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi, asam amino antara fasa mobil dan fase diam yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan Setiap asam-amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu dari nilai R, masing-masing asam-amino diidentifikasi.
Sifat pelarut pada alkohol (etanol) bersifat semi polar sehingga pelarut alkohol dapat melarutkan nada yang bersifat polar dan non polar. Sifat pelarut pada N-Heksona bersifat non polar sehingga pelarut N-Heksona hanya dapat melarutkan noda yang bersifat sejenis yaitu non polar. Sedangkan pada pelarut aquades bersifat polar sehingga aquades dapat melarutkan noda yang sifatnya sejenis. Sifat noda yang terjadi pada pelarut alkohol bersifat semi polar karena semua noda yang diuji dengan Alkohol dapat bereaksi. Sifat noda yang terjadi pada pelarut N-Heksona pada kunyit bersifat non polar karena ekstrak kunyit dapat larut dalam pelarut N-Heksona yang bersifat non polar. Sedangkan pada noda ekstrak pandan, Tinta merah, hijau, biru bersifat polar terhadap pelarut N-Heksona. Sifat noda yang terjadi pada pelarut Aquades pada kunyit, Tinta biru, hijau bersifat polar karena dapat larut dalam Aquades yang bersifat polar. Sedangkan noda ekstrak pandan dan tinta merah bersifat non polar karena tidak dapat larut dalam aquades.
Didalam suatu percoabaan atau praktikum tentunya di dalam lab atau laboratorium terdapat alat-alat yang digunakan saat akan melakukan praktikum, setiap alat memiliki kegunaan dan faedahnya masing-masing seperti gelas ukur gunanya untuk mengukur suatu bahan yang akan diuji, kertas saring sebagai media dalam percobaan kromotografi yang menjadi fase diam, dan masih banyak lainnya.
Didalam suatu percobaan atau praktikum tentunya terdapat suatu kendala atau hambatan. Kendala tersebut tidak dapat luput dari faktor kesalahan. Faktor tersebut diantaranya jarak titik nada satu dengan lainnya terlalu dekat sehingga saat dimasukkan ke dalam gelas ukur yang terdapat pelarut titik noda akan menyatu. Pemotongan kertas sering tidak sesuai dengan serat atau alurnya. Hal ini membuat titik noda berjalan lama, pemasangan kertas tidak rata, dan masih banyak lainnya. Eluen adalah zat yang terlarut dalam suatu campuran.
Pada sampel ekstrak pandan saat diuji dengan alkohol bersifat semi polar karena jarak noda dapat menempuh 6 cm sehinggar Rf-nya 0,87 cm hal itu membuktikan bahwa ekstrak pandan dapat bereaksi dengan alkohol, begitupun dengan sampel-sampel yang diuji dengan alkohol. Berbeda dengan pelarut air dan N-Heksona yang bersifat air polar dan N-Heksona non polar RF-nya ada yang hasilnya nol dalam artiannya sampel tidak bereaksi dengan pelarutnya dan ada juga yang RF-nya besisa dalam artian sampel dapat bereaksi dengan pelarutnya.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Suatu sampel dikatakan polar, non polar dan semi polar apabila sampel tersebut dapat bergerak di kertas saring. Pergerakan tersebut juga disebut dengan jarak noda.
 Sampel yang diuji dengan Alkohol dapat bergerak di kertas saring. Hal itu karena sifat dari Alkohol semi polar.
 Sampel yang diuji dengan Air ada yang bergerak ada yang tidak. Hal itu karena sifat dari Air adalah polar. Air tersebut hanya bereaksi dengan sejenisnya yaitu polar.
 Sampel yang diuji dengan Naftalena ada yang bergerak dan ada yang tidak. Hal itu karena sifat dari Naftalena non polar. Naftalena hanya bereaksi dengan sejenisnya yaitu non polar.
5.2 SarLAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
TEKNIK KIMIA

No/ Judul Percobaan : 3 / Kromatografi
Tanggal Percobaan : 9 November 2010

NAMA : Ahmed Khomeini I
NIM : 1009055048
KELOMPOK : 5 (Lima) B
ASISTEN : Nico

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIK DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2010

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul Tewett (1903), Serang ahli Botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani yaitu (Choromos = penulisan) dan (Graver = Warna). Kromatografi berarti tulisan dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi. Namun istilah kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi. Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna seperti gas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan dikatakan secara selektif oleh fase diam.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan pemukiman yang didasarkan atas perbedaan distribusi dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatografi yang penerapannya sangat banyak di temukan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
– Untuk mengetahui sifat sampel ketika/saat diuji dengan pelarut.
– Mengamati sampel yang saat diuji dengan alkohol.
– Mengamati sampel yang diuji dengan air.
– Mengamati sampel yang diuji dengan N-Heksana

BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan dalam kromatografi. Fase gerak dapat berupa gas atau cair. Dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Maka berdasarkan fase bergerak, fase diam terdapat empat macam sistem kromatografi. Yaitu, kromatografi gas cair, kromatografi gas padat, kromatografi cair – padat, dan kromatografi cair-cair.
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partikel Chromotography) dan kromatografi serapan (Adsorbtion Chromotography). Sedangkan menurut teknis kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolam, kromatografi lapis – tipis (KLT), dan kromatografi kertas juga kromatografi gas. Selain itu ada juga yang digabung, misalnya partisi kromatografi partisi gas – cair, kromatografi cair – cair, kromatografi cair – padat, dan lain-lain. Juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi altrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam kromatografi hubungan suatu molekul komponen sampel yang tertahan (terabsorpsi) atau terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dapat dilakukan dengan berbagai istilah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam kromatografi dinyatakan sebagai berikut :
a. Kesetimbangan Distribusi.
Kesetimbangan yang terjadi pada kromatografi bersifat dinamis. Molekul sampel atau zat terlarut berada bolak-balik di antaranya fase diam dan fase bergerak sehingga konsumsi rata-ratanya mengikuti hukum distribusi.

Keterangan :
Kd = Koefesiensi Distribusi atau partisi
Cs = Konsentrasi zat terlarut dalam persediaan
Cm = Konsentrasi zat dalam fase bergerak
Persamaan di atas memperlihatkan bahwa jika harga koefesiensi distribusi (Kd) besar berarti jumlah molekul yang berada dalam fase diam lebih banyak dalam fase bergerak dan akan tinggal lebih lama dalam fase diam.
b. Faktor Retardasi
Faktor Retardasi (Rf), merupakan parameter kromatografi kromotogon kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatografi dan pada kondisi tetap merupakan peranan karakteristik dan produksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut. (Fase bergerak).

Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang zat terlarut.
c. Fraksi Waktu
Fraksi waktu (R) tunggal dalam molekul dalam fase bergerak dinyatakan sebagai perbandingan molekul dalam fase bergerak terhadap jumlah metal molekul.

=
K disebut faktor Kapasitas atau Kapasitas kolom yang menyatakan perbandingan jumlah molekul dalam fase diam dan fase bergerak.
d. Kecepatan
Bila fraksi waktu (R) dikalikan dengan kecepatan alir fase bergerak , maka kecepatan alir molekul, diberikan :
Kecepatan : ( )
Persamaan ini menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan kecepatan bergerak di antara komponen-komponen dalam campuran disebabkan oleh perbedaan koefesiensi distribusinya. Jika perbedaan Kd besar. Masing-masing komponen akan terpisah secara sempurna.
e. Waktu Potensi.
Pada kromatografi gas dan semua percobaan kromatografi kalor hasil pemisah diberikan dalam harga waktu. Waktu retensi (Rf) adalah waktu yang dikatakan oleh molekul komponen untuk melintasi suatu kolom yang panjangnya L.
Tr = = = (1+k) = tm (1+k)
f. Volume Retensi
Volume retensi merupakan besaran pokok yang diukur dalam kromatografi gas. Volume retensi adalah volume gas pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita komponen pada keseluruhan panjang, suatu kolom.
Jika kecepatan fase bergerak (fc) diukur dalam suatu per satuan luas (fc = Vm/tm) adalah tetap, maka volume retensi (Vr) diberikan :
Vr = tp.fc
= tm.(1+k) ( ) = Vm (1+k)
Atau Vr = Vm + Kd.Vs
g. Retensi Relatif
Pengukuran tr dan Vr dipengaruhi oleh bentuk kolom dan pengoperasiannya, sehingga tidak karakteristik untuk suatu komponen. Agar pengaruh tersebut dapat dilakukan perbandingan waktu retensi komponen dengan senyawa yang sudah diketahui dengan senyawa yang telah diakui. Pada kondisi pengaturan yang sama.
Retensi Relatif (a) = = =
Tm adalah yaitu retensi fase bergerak atau komponen yang insert seperti udara yang tidak ditahan sewaktu melintasi kolom. Tanda (*) berarti untuk senyawa pembanding (Standar) (Khopkar, 2003)

Pada kromatografi kolom ialah kromatografi komponen di dalam satu kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu keran di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair. Ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipisahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8 : 1. Sedangkan jumlah penyerapnya adalah 25-23 kali berat bahan yang dipisahkan. Untuk menahan penyerap (Adsorbsi) di dalam kolom dapat digunakan gelas 1000l atau kapas adsorbsinya digunakan adsorbsen anorganik seperti alumunium, bauksit, magnesium, Sulfat, silikon gel, dan tanah diatome. Sedangkan adsorbsen anorganik seperti arang gula, karbon paling sering digunakan oleh ilmuwan.
Pemisahan kolom adsorbsi didasarkan pada adsorbsi komponen campuran asimilasi berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Pada kromatografi adsorbsi, besarnya koefesiensi distribusi sama dengan konsentrasi zat terlarut pada fase konsentrasi pada fase larutan. Ketergantungan jumlah zat terlarut yang teradsorbsi terhadap konsentrasi zat terlarut dalam larutan dengan isoterm adsorbsi langsung.
A =
A = Isoterm adsorbsi dalam g/cm2 atau dalam g (atau mol) g adsorbsi
C = Konsentrasi larutan
K1 dan K2 merupakan suatu terapan yang pada suhu tertentu tergantung pada sifat jenis adsorb dan sifat zat-zat yang diadsorbsi (Marra, 2004).
Teknik pemisahan kromatografi kolom ialah sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut. Dituangkan melalui sebelah atas kolam dan dibiarkan mengalir ke dalam Adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorbsi dan larutan sesuatu atau secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut (eksen) secara terus menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu dan kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan.
Pembentukan zona pada kromatografi kolom, haruslah sedemikian rupa sehingga bagian suatu zat dari zat yang sama meninggalkan fase diam pada berbagai waktu yang berbeda. Waktu ini mengikuti statistik sesuai dengan hukum Gouss. Pertama-tama abaikan cuplikan yang akan dipisahkan tergantung konsentrasinya dan afinitasnya akan diabsorpsikan secara bolak-balik (Reversibel) dalam lapisan adsorbsi bagian atas. Dengan penambahan fase yang bergerak ke bagian yang kurang kuat terikat seluruhnya atau bertahap akan larut kembali dari permukaan adsorbsi. Akan terjadi kesetimbangan antara bagian zat yang diadsorbsi dan bagian yang terlarut.
Hasil pemisahan di antaranya dipengaruhi oleh pemilihan terhadap bahwa fase yang digunakan. Fase diam (adsorbsi) harus berukuran partikel seragam, bersifat inert terhadap zat uji dan cukup aktif. Sehingga memungkinkan perambatan zat uji. Adanya zat pengukur dapat menyebabkan adsorbsi tidak reversibel atau talling pada senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan yang lebih baik akan diperoleh dengan mengolah terlebih dahulu adorben dengan suatu senyawa yang dapat teradsorbsi kuat sebagai dasar digunakan adorben yang polaritasnya dengan zat uji.
Teknik pemisahan kromatografi kolam partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorbsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapannya berupa muatan padat berpori seperti hieselguler. Selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi dengan zat cair (Biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya (Sastrohomidjojo, 1985)
Fase diam zat cair umumnya adsorbsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang digunakan sebagai penyokong harus menyerap dan menahan fase diam, serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair atau zat gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair.
Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa baik organik, maupun anorganik. Kromatografi partisi terutama dilakukan pada kromatografi kertas. Pada kromatografi partisi pemisahan tergantung pada kelarutan komponen yang lebih larut dan fase diam akan bergerak lebih lambat dalam kolom daripada yang kurang kelarutannya. Selama bergerak komponen-komponen dari campuran mengalami partisi akibat adanya perpindahan komponen di antara kedua fase.
Dalam kromatografi partisi cair-cair derajat partisi suatu senyawa tertentu di antara kedua fase dinyatakan sebagai koefesiensi partisi atau distribusi (Kd). Bila suatu zat terlarut dikocok dalam sistem dua pelarut yang saling tidak bercampur, waktu zat terlarut akan terdistribusi di antara kedua fase dan jika kesetimbangan tercapai maka koefesiensi partisinya.
Kd =
Teori dasar kromatografi partisi mirip dengan teori destilasi bertingkat yang menghubungkan laju pergerakan suatu wilayah (Zona) dengan koefesiensi partisi diberikan persamaan.
Rf =
Dengan Am dan As masing-masing adalah luas wilayah fase bergerak dan luas wilayah fase diam. Rf adalah perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut terhadap jarak yang ditempuh pelarut (Yaxid, 2005)
Beberapa alat-alat analis dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk analis secara on line. (On line Analisys) seperti : Penggabungan kromatografi gas (Gas Chomotrogaphy) dan kromatografi cair (Liquid Chomotography) dengan mass spectometry (Gc-ms dan Lc-Ms) founer-transform infrared spectroscopy (Gc-FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).

1. Kromatografi Cair (Liquid Chomotrogaphy)
Kromatografi Cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase Stasioner, maka molekul-molekul di dalamnya berinteraksi dengan fase Stasioner. Namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (Adsorption), pertukaran ion (Ion Exchange), partisi (Parthioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.
1. Terdapat beberapa jenis kromatografi Cair, yaitu : Reverse Phase Chromotography, High Performace Liquid Chromotography (HPLC), Sizp Exdulin Chromotography, serta Superentical Fluida Chromotography.
2. Reverse Phase Chromotography
Reverse Phase Chromotography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara Kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini digunakan untuk proses ekstrasi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (Non Volalite).
3. High Performace Liquid Chromotography (HPLC)
High Performace Liquid Chromotography (HPLC), mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase . Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter lebih kuat. Namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibium dalam jumlah besar sehingga dapat disimpulkan HPLC sangat tergantung pada tekanan dan kecepatan.
Partisi Zat Terlarut berlangsung dipelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorbsen (Fasa Stasioner). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorbsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefesiensi partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa logam.
4. Kromatografi Kertas.
Mekanisme pemisahan dengan Kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada Kromatografi kolom adsorben dalam Kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditutulkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut() dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat, atau campuran zat0zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amilase dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (Tidak mungkin di distilasi), pemisahan asam amino adalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan abad 20. Jadi, penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi para ilmuwan.

5. Kromatografi Gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa Stasioner dapat berupa padatan (Kromatografi Gas-Padat) atau cairan (Kromatografi Gas-Cair).
Umumnya untuk Kromatografi gas-padat. Sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumunium teraktivasi, silika gel atau saringan molekuler diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Sedangkan untuk Kromatografi gas – cair ester seperti, ktalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumunium teraktivasi, silika gel atau saringan molekuler, digunakan fasa diam dan diisikan ke dalam kolom, Metode ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester – analisis minyak mentah dan minyak astirid dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini. Easiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih.
­ Size Exclusion Chromotography
Size Exclusion Chromotography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration Chromotography, biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.

2. Kromatografi Pertukaran Ion-Ion P(Ion Exchange Chromotography)
Kromatografi Pertukaran Ion-Ion P(Ion Exchange Chromotography) biasanya digunakan untuk penurunan materi biologis, seperti asam amino, peptida, dan protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar) terdapat dua tipe penukaran ion. Yaitu penukaran kation (Cation Exchange) dan pertukaran Anion (Anion Exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif. Sedangkan pada fase Anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan menggunakan metode ini sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi. Maka metode menjalankan metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.

3. Kromatografi Partisi
Prinsip Kromatografi Partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multi komponen yang telah dibahas di bagian sebelumnya. Dalam Kromatografi partisi. Ekstraksi terjadi berulang-ulang dalam satu proses. Dalam percobaan zat terlarut didistribusikan antara fase stasioner dan fasa mobil. Fase stasioner dalam banyak kasus pelarut. Stasioner dan fasa mobil. Fase stasioner dalam banyak kasus pelarut diabsorpsikan pada adsorbasen dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antara partikel yang teradsorbsi.
Contoh khas Kromatografi adalah Kromatografi kolom, yang digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
­ Beker Gelas
­ Penggaris
­ Kertas Saring
­ Oven

3.1.2 Bahan
­ Tinta Hijau
­ Tinta Merah
­ Tinta Biru
­ Ekstrak Pandan
­ Ekstrak Kunyit
­ Aquades
­ Etanol
­ N-Heksana
­ Kertas Saring
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Dalam Aquades
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan)
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dan bawah 1 cm.
­ Diberi Noda (titik) kertas pertama tinta hijau, biru, merah dan kertas kedua ekstrak pandan dan kunyit.
­ Di masukan ke dua kertas tersebut ke dalam gelas Kimia yang telah diisi aquades yang7 tingginya sekitar 10.5 cm.
­ Dibiarkan cair merembes naik hingga 1 cm, di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen pada yang dipisahkan.
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.
3.2.2 N-Heksana
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan).
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dari bagian bawah 1 cm
­ Diberi noda (titik) kertas yang pertama tinta biru, hijau, dan merah dan kertas yang kedua ekstrak pandan dan ekstrak kunyit.
­ Dimasukkan kedua kertas tersebut ke dalam gelas Kimia yang telah diisi N-Heksana yang tingginya sekitar 0.5 cm.
­ Dibiarkan air merembes naik hingga 1 cm di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang7 dipisahkan .
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.
3.2.3 Alkohol (etanol)
­ Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 6 cm (2 potongan).
­ Diberi tanda batas pada bagian atas dan bagian bawah 1 cm.
­ Diberi noda (titik) kertas yang pertama tinta biru, hijau, dan merah dan kertas yang kedua ekstrak pandan dan kunyit.
­ Dimasukkan kedua kertas tersebut ke dalam gelas kimia yang telah diisi etanol yang tingginya sekitar 0.5 cm.
­ Dibiarkan air merembes naik hingga 1 cm di bawah batas atas kertas, diambil dan dikeringkan.
­ Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan.
­ Dihitung harga Rf masing-masing noda.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No Pelarut Noda Jarak Noda Jarak Pelarut Rf
1 Alkohol Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 6 cm
6 cm
5,7 cm
6,6 cm
6,6 cm 6,9 cm
6,9 cm
6,75 cm
6,75 cm
6,75 cm 0,87 cm
0,87 cm
0,84 cm
0,98 cm
0,98 cm
2 N-Heksana Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 0 cm
1,5 cm
0 cm
0 cm
0 cm 6,8 cm
6,8 cm
6,6 cm
6,6 cm
6,6 cm 0 cm
0,22 cm
0 cm
0 cm
0 cm
3 Air Ekstrak Pandan
Ekstrak Kunyit
Tinta Merah
Tinta Biru
Tinta Hijau 0 cm
0,5 cm
0 cm
9 cm
8,8 cm 6,8 cm
6,8 cm
9,2 cm
9,2 cm
9,2 cm 0 cm
0,074 cm
0 cm
0,98 cm
0,96 cm

4.2 Perhitungan
4.2.1 Ekstrak Pandan
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,87 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0 cm
4.2.2 Ekstrak Kunyit
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,87 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0,22 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,074 cm
4.2.3 Tinta Merah
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,84 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0 cm
4.2.4 Tinta Biru
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,98 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,98 cm
4.2.5 Tinta Hijau
­ Alkohol
Rf =
Rf = = 0,98 cm
­ N-Heksana
Rf =
= = 0 cm
­ Air (H2o)
Rf =
Rf = = 0,96 cm

4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Teknik Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consisten, Gordon dan Martin (19440, yang menggunakan kertas saring sebagi. Penunjang fase diam, kertas merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula atau pigmen-pigmen alam.
Fase diam di dalam suatu percobaan terutama pada percobaan tentang Kromatografi ialah sampel yang digunakan ini berperan sebagai fase diam yang menyerap pelarut sehingga titik atau noda dapat bergerak ke atas tergantung sifat noda yang terdapat di dalamnya.
Pada Kromatografi gas dan semua percobaan Kromatografi kolom hasil pemisahnya diberikan dalam harga waktu. Waktu retensi (Tr) adalah waktu yang dibutuhkan oleh molekul komponen untuk melintasi suatu kolom yang panjangnya L. Tm adalah waktu yang dibutuhkan oleh fase bergerak untuk melintasi kolom. Volume retensi merupakan besaran pokok yang diukur dalam Kromatografi gas. Volume retensi adalah volume gas pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita komponen pada keseluruhan panjang suatu kolom.
Pengukuran tR dan vR dipengaruhi oleh bentuk kolom dan pengoperasiannya, sehingga tidak karakteristik untuk suatu komponen. Agar pengaruh tersebut dapat dieleminis. Dapat dilakukan pembandingan waktu retensi komponen dengan senyawa yang sudah diketahui pada kondisi pengukuran yang sama tm adalah waktu retensi fase gerak atau komponen yang inert seperti udara yang tiodak ditahan sewaktu melintasi kolom.
Dalam teknik Kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan di dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam, dan fase bergerak. Semua pemisahan pada Kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen di antara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lama oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Oleh karena itu dalam Kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam itu dalam Kromatografi. Pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan. Secara umum dikatakan bahwa Kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam.
Saat campuran asam amino manaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi, asam amino antara fasa mobil dan fase diam yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan Setiap asam-amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu dari nilai R, masing-masing asam-amino diidentifikasi.
Sifat pelarut pada alkohol (etanol) bersifat semi polar sehingga pelarut alkohol dapat melarutkan nada yang bersifat polar dan non polar. Sifat pelarut pada N-Heksona bersifat non polar sehingga pelarut N-Heksona hanya dapat melarutkan noda yang bersifat sejenis yaitu non polar. Sedangkan pada pelarut aquades bersifat polar sehingga aquades dapat melarutkan noda yang sifatnya sejenis. Sifat noda yang terjadi pada pelarut alkohol bersifat semi polar karena semua noda yang diuji dengan Alkohol dapat bereaksi. Sifat noda yang terjadi pada pelarut N-Heksona pada kunyit bersifat non polar karena ekstrak kunyit dapat larut dalam pelarut N-Heksona yang bersifat non polar. Sedangkan pada noda ekstrak pandan, Tinta merah, hijau, biru bersifat polar terhadap pelarut N-Heksona. Sifat noda yang terjadi pada pelarut Aquades pada kunyit, Tinta biru, hijau bersifat polar karena dapat larut dalam Aquades yang bersifat polar. Sedangkan noda ekstrak pandan dan tinta merah bersifat non polar karena tidak dapat larut dalam aquades.
Didalam suatu percoabaan atau praktikum tentunya di dalam lab atau laboratorium terdapat alat-alat yang digunakan saat akan melakukan praktikum, setiap alat memiliki kegunaan dan faedahnya masing-masing seperti gelas ukur gunanya untuk mengukur suatu bahan yang akan diuji, kertas saring sebagai media dalam percobaan kromotografi yang menjadi fase diam, dan masih banyak lainnya.
Didalam suatu percobaan atau praktikum tentunya terdapat suatu kendala atau hambatan. Kendala tersebut tidak dapat luput dari faktor kesalahan. Faktor tersebut diantaranya jarak titik nada satu dengan lainnya terlalu dekat sehingga saat dimasukkan ke dalam gelas ukur yang terdapat pelarut titik noda akan menyatu. Pemotongan kertas sering tidak sesuai dengan serat atau alurnya. Hal ini membuat titik noda berjalan lama, pemasangan kertas tidak rata, dan masih banyak lainnya. Eluen adalah zat yang terlarut dalam suatu campuran.
Pada sampel ekstrak pandan saat diuji dengan alkohol bersifat semi polar karena jarak noda dapat menempuh 6 cm sehinggar Rf-nya 0,87 cm hal itu membuktikan bahwa ekstrak pandan dapat bereaksi dengan alkohol, begitupun dengan sampel-sampel yang diuji dengan alkohol. Berbeda dengan pelarut air dan N-Heksona yang bersifat air polar dan N-Heksona non polar RF-nya ada yang hasilnya nol dalam artiannya sampel tidak bereaksi dengan pelarutnya dan ada juga yang RF-nya besisa dalam artian sampel dapat bereaksi dengan pelarutnya.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Suatu sampel dikatakan polar, non polar dan semi polar apabila sampel tersebut dapat bergerak di kertas saring. Pergerakan tersebut juga disebut dengan jarak noda.
 Sampel yang diuji dengan Alkohol dapat bergerak di kertas saring. Hal itu karena sifat dari Alkohol semi polar.
 Sampel yang diuji dengan Air ada yang bergerak ada yang tidak. Hal itu karena sifat dari Air adalah polar. Air tersebut hanya bereaksi dengan sejenisnya yaitu polar.
 Sampel yang diuji dengan Naftalena ada yang bergerak dan ada yang tidak. Hal itu karena sifat dari Naftalena non polar. Naftalena hanya bereaksi dengan sejenisnya yaitu non polar.
5.2 Saran
Hendaknya dilakukan percobaan dengan menggunakan analisa kromotografi kolom, agar dapat membandingkan hasilnya dengan kromotografi kertas.

KROMATOGRAFI
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI Press
Marra, Tine. 2004. Sains Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromotografi. Yogyakarta : Liberty.
Yozid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi Offses.

an
Hendaknya dilakukan percobaan dengan menggunakan analisa kromotografi kolom, agar dapat membandingkan hasilnya dengan kromotografi kertas.

KROMATOGRAFI
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI Press
Marra, Tine. 2004. Sains Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromotografi. Yogyakarta : Liberty.
Yozid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi Offses.

Tinggalkan komentar